rara0894

All about TaeTiSeo and GG

[Translate Project] Of Doorbell Rings, Egg Beatings, and Fail Mixings

4 Comments

Author : utterimperfections

Cast : Yoona & Seohyun

Original Link :Here!

–  ALWAYS –

Seohyun menyukainya ketika laki-laki acak pengirim paket muncul di depan unit apartemennya di pagi hari pada 14 Februari karena dia tahu hadiah tahunan Valentine dari kekasihnya telah tiba. Kotak cokelat berkalori tinggi (dengan merek yang berbeda setiap tahunnya) dan bunga yang datang dalam sebuah karangan; bisa jadi selusin bunga bertunas hijau bertangkai harum dengan berbagai macam warna dengan jenis yang sama, bisa jadi semacam itu, tetapi biasanya, Dua belas mawar merah tumbuh sempurna -tanpa duri- adalah favorit Seohyun (bisa juga putih -bergantung pada suasana hati kekasihnya itu. Mawar putih juga bagus).  Beberapa mungkin berpikir bahwa kebaikan berbalut ucapan manis atau bau semerbak dari helai-helai bunga itu yang dia lakukan untuk Seohyun, tetapi sesungguhnya, semua itu hanyalah tentang cheesy yang terlalu berlebihan -hampir memuakkan, bahkan- surat cinta yang datang dengan tanda ciuman di bagian bawah kertas beraroma yang membuat jantung Seohyun berdebar di titik tertinggi. Terutama “Babe, aku mencintaimu, aku mencintaimu, Seohyun-ku, cinta dalam hidupku, aku akan selalu mencintaimu,” yang selalu mengakhiri surat itu membuatnya sulit baginya untuk tidak jatuh cinta pada kekasihnya itu.

Seohyun menyukai itu ketika bel pintu berdering di unit apartemennya di pagi hari pada tanggal 14 Februari.

Hingga tiba-tiba, itu tidak ada.

Seohyun mendapati dirinya berjalan bolak-balik di ruang tamu, dengan sadar memeriksa jam dinding setiap 2 detik. Paket ini selalu tiba tepat pada 06:28. Sudah hampir waktu makan siang, dia telah menunggu selama berjam-jam. Dan! ponselnya tidak pernah berdering sejak dia bangun dari tempat tidurnya. kekasihnya selalu meneleponnya tepat pada 5:30 untuk membangunkannya. Ini adalah pertama kalinya hal ini terjadi. Yoona tidak pernah gagal untuk mengiriminya hadiah Hari Valentinenya. Sesuatu sedang pasti terjadi. Sekarang, Seohyun benar-benar khawatir. Dia lupa apakah mereka memiliki pertengkaran dengan kekasihnya itu baru-baru ini. Mereka tidak pernah bertengkar sejak lama kecuali satu waktu ketika Yoona memakan kentang manis (sweet potato/goguma) milik Seohyun, tapi itu sudah lama berlalu. Seohyun tidak bisa tetap tenang.

Dia duduk kembali di sofa dengan menghela napas panjang frustrasi. Apa yang terjadi padamu, Im Yoona? Apakah dia marah karena semua yang dia berikan pada Hari Valentine hanyalah ciuman di bibir dan 12 sesi berpelukan di tempat tidur, sementara Yoona mendapatkan semua kesulitan hanya untuk membelikannya bunga, dan bahkan menulis surat cinta yang mengerikan setiap tahunnya? Tidak mungkin, Yoona tidak akan seperti itu. Seohyun bahkan tidak peduli lagi tentang cokelat atau mawar ataupun surat cinta recehan itu lagi, dia hanya ingin tahu apa yang terjadi dengan Yoona-nya, karena hal ini tidak pernah, tidak pernah, terjadi sebelumnya.

Dia menatap ponselnya. Benar. Dia harus meneleponnya untuk menanyakan apa yang sedang terjadi. Seohyun terlalu tegang, gugup, untuk bahkan berpikiran tentang opsi untuk menghubungi nomor telepon kekasihnya lalu meneleponnya. dia harus melakukan apa yang harus dilakukan.

Setelah deringan yang sangat lama, tidak ada jawaban dari sisi lain. Sialan, dia berseru sebelum mencoba kembali; tidak baik.

Ayolah, ayolah, jawab.

Seohyun mulai menangis setelah menelepon Yoona berkali-kali, tetapi tidak ada hasil. Mengapa rusa ini tidak mengangkatnya?

Ini tidak akan membuahkan hasil. Jika dia hanya tetap diam disini di sofa, menangis seolah-olah seseorang telah meninggal, dia tidak akan pernah tahu alasannya jika seperti ini. Jadi ia menyiapkan dirinya dan beranjak dari tempat sebelumnya, berlari ke arah kamar untuk meraih mantelnya. Dia akan pergi ke apartemen Yoona.

**

Seohyun bertemu sekitar 23 polisi tidur selama perjalanan ke tempat Yoona (dengan berjalan kaki!), Tapi dia tidak peduli. Ketika ia sampai di dalam gedung apartemen, dia mengerang, mendapati liftnya rusak. Ini juga tidak membantu, apartemen Yoona berada di lantai 32 dan dia harus berlari sepanjang jalan dari lantai dasar menggunakan tangga yang curam. Yoona akan jadi penyebab kematian Seohyun dan Seohyun tahu akan hal itu. Sepertinya Seohyun akan mencapai surga terlebih dahulu daripada kamar kekasihnya itu.

**

Setelah beberapa saat, mengejutkan, ia selamat dari tangga neraka itu. Fiuh.

0303, bukan, 0304, bukan, 0305, bukan, 0306, bukan, 0307, bukan, 0308, bukan, 0309, buk-AKHIRNYA!

Seohyun mengetuk pintu 0309 ini dengan cukup sabar saat ia berjuang untuk mendapat oksigen, tangan kanannya erat mencengkeram dadanya untuk menenangkan detak jantungnya setelah perjalanan panjang itu, dan pada saat yang sama, kecemasan untuk mencari tahu apa yang tiba-tiba terjadi pada kekasihnya, dan mengapa kekasihnya tidak menjawab panggilannya.

“TUNGGU SEBENTAR!” Tanggapan Yoona terdengar dari balik pintu. Seohyun akhirnya lega setelah mendengar suara kekasihnya dan dia tersenyum tanpa sadar. Tapi itu belum menjelaskan panggilan tak terjawab ponselnya.

Ketika Yoona membuka pintu, Seohyun melemparkan tubuhnya kepadanya hampir seketika. Dia berjuang dengan semua kekuatannya untuk berusaha tetap sadar. Jika itu bukanlah Seohyun, mereka pasti telah meninggal karena kelelahan ekstrim, tetapi karena Seohyun terus menjaga tubuhnya selalu sehat setiap saat, ia berhasil hidup. Setidaknya untuk sekarang.

“Seohyun?” Yoona bertanya dengan ekspresi terkejut di wajahnya, menyadari laju napas yang tidak biasa dari kekasihnya, “Babe, apa yang terjadi padamu?” Sebuah pelukan erat pada Yoona dan ringkukan di lehernya menjadi satu-satunya respon darinya. Seohyun sangat, sangatlah khawatir.

“Hyunnie? Apa yang terjadi?” Yoona bertanya lagi, menutup pintu menggunakan kakinya sebelum kembali pelukan Seohyun, menepuk punggungnya.

“Aku … h-harusnya … yang bertanya.. itu, aku p-pikir se-suatu yang buruk ter-jadi … padamu,” Seohyun berhasil mengatakan disela napasnya yang berat.

“Apa yang kau bicaraka-” Yoona tersentak saat melihat kelopak mata kekasihnya perlahan menutup. “Hyu-ya tuhan-kau baik-baik saja?” Katanya sambil pelan menepuk kedua di pipinya, berat tubuh Seohyun telah benar-benar jatuh dalam genggaman Yoona.

“Aku senang kau baik-baik saja,” adalah hal terakhir yang keluar dari bibir gadis yang lebih muda itu sebelum dia kehilangan kesadarannya dalam pelukan Yoona.

**

Seohyun bangun dengan punggungnya berada di sebuah tempat tidur yang familiar. Dia mendengar napas panjang setelah tempat tidur berderit karena gerakannya.

“Terima kasih Tuhan, kau sudah sadar.” Yoona segera memberinya sebuah pelukan hampir-mencekat. Seohyun menyadari itu segera, Gadis bermata bulat itu menangis. “Jangan pernah menakut-nakuti aku seperti itu, oke? KAMU HAMPIR MATI! Apakah kamu tahu bagaimana khawatirnya aku? Bagaimana jika aku tidak memiliki pelatihan medis? Kamu akan berada di ruang gawat darurat sebuah rumah sakit sekarang, demi Tuhan, Yesus Kristus, apakah kamu berpikir bagaimana aku bisa tetap hidup jika kamu meninggal? Jangan pernah berpikir tentang hal itu lagi, karena tidak, aku tidak akan bisa hidup tanpa- “

“Apa yang terjadi?” tanya Seohyun dengan yang suara datar, menarik diri dari pelukannya dan menyeka air mata kekasihnya dengan ibu jarinya sebelum memberikan sebuah ciuman, meyakinkan Yoona bahwa dia baik-baik saja.

“Kamu berdiri di depan unitku terlihat seperti sedang mengalami serangan jantung, lalu tiba-tiba kamu pingsa–”

“Bukan itu maksudku. Kamu, apa yang terjadi denganmu?” Seohyun bertanya sambil menyesuaikan posisinya, kembali bersandar pada headboard tempat tidur, merasa sedikit mual, kakinya sakit karena berlari dari apartemennya menuju apartemen Yoona (yang bermil-mil jauhnya), dan pernapasannya yang tidak stabil, tapi sekarang jauh lebih baik. Itu kemungkinan besar karena CPR yang Yoona lakukan sesaat setelah Seohyun pingsan. Dia bisa meninggal karena kekurangan oksigen, namun berkat pelatihan medis Yoona, itu bisa dicegah.

Yoona tidak menjawab, sebaliknya, dia memiringkan kepalanya untuk sebuah kuncian bibir yang agresif. Dia menggigit bibir bawah Seohyun cukup keras, mengatakan betapa kesalnya dia. Dia masih menangis, masih khawatir.

Seohyun balas menciumnya tetapi dengan kekuatan yang terbatas. Keduanya menarik diri, menghubungkan dahi mereka. Yoona menangkup pipi Seohyun di tangannya saat ia berbisik, “Oh, babe, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika kamu akan meninggalkanku,”

“Oh, Yoong,” Seohyun tersenyum lembut, “Aku tidak akan pernah meninggalkanmu,” ujanya, penuh cinta mengecup ibu jari Yoona. “Aku baik-baik saja, aku baik-baik saja,” Seohyun meyakinkannya dan Yoona percaya padanya.

Yoona menenangkan dirinya, “Jadi apa yang membawamu ke sini?”

Seohyun mengerutkan alisnya mendengar pertanyaan itu, “Bukankah seharusnya kamu tahu jawabannya?”

“Yeah, tapi a-aku tidak tahu kamu akan semarah ini karena tidak menerima hadiah valentinemu hingga kamu benar-benar berlari dari lantai dasar sampai lantai ke-32. KAMU BISA SAJA MATI GOSH. Itu adalah langkah bodoh, Seohyu- ” Yoona terputus lagi.

“Apakah kamu benar-benar berpikir aku akan marah karena itu? Apakah kamu benar-benar berpikir aku akan mengorbankan kesehatanku hanya karena… itu?”

“Jadi kamu baik-baik saja tanpa hadiah Hari Valentine sama sekali?”

“Iya!” Seohyun menatap Yoona tidak percaya, “Tapi aku benar-benar tidak baik-baik saja dengan kamu tidak menjawab teleponmu. Maksudku, kau tidak menelepon pagi ini, dan itu tidak apa-apa, kamu mungkin ketiduran. Dan kemudian hari ini  adalah 14 Februari tapi tidak ada pria pengirim paket di depan pintuku pagi ini, lagi, dan masih, tidak apa-apa, sungguh, tak apa. tapi ada satu hal; aku telah menelpon ponselmu berkali-kali -aku kehilangan hitunganku- tetapi kamu bahkan sama sekali tidak mengangkatnya, dan itu benar-benar tidak keren kau tau. Aku pikir kamu marah padaku karena aku tidak memberimu sesuatu yang istimewa pada Hari Valentine” dia berseru, hampir menangis saat ia cemberut.

Tidak ada tanggapan dari Yoona setelah satu menit berlalu. Dalam pikirannya dia terlalu sibuk menyalahkan dirinya sendiri, kekasihku hampir saja pergi ke akhirat di usia mudanya karena aku membuat dia khawatir. Sialan, betapa bodohnya kau, Im Yoona?

“Yoong?” Seohyun melambaikan tangannya di wajah Yoona ketika ia melihat dia melamun.

“O-oh, kau m-marah padaku?”

“Babe,”

“Tidak, maksudku,” Yoona mendesah, “Jika itu bukan karenaku, kamu tidak seharusnya sampai menderita dehidrasi dan kamu tidak akan pernah berada dalam situasi menjelang kematian,”

“Ya, tapi jika itu bukan karena kamu, kemungkinan besar aku akan berada di rumah sakit sekarang atau yang paling buruk, meni-“

“Jangan katakan itu.”

Seohyun membelai pipi Yoona sebelum mengecup bibirnya, “Aku tidak marah. Mari kita lupakan tentang Hari Valentine juga saat aku yang hampir meninggal, oke?” Mereka saling memberi senyum lega hingga tiba-tiba, Seohyun melihat pakaian Yoona; celemek dengan bubuk putih tersebar di seluruhnya -tepung mungkin- dia juga merasakan aroma aneh pada Yoona, bau seperti … telur, dan gandum yang dibakar. Tangannya berbau seperti bau tanah yang subur. Apa yang Yoona sedang lakukan?

“Jadi mengapa tidak kamu menjawab panggilan ponselmu?” Seohyun mencibir dan Yoona mengusap bagian belakang kepalanya, “Uhm, aku, uhm … melakukan sesuatu,”

“Apa, menggoreng beberapa omelet?”

“Sejenis itu,”

“Bolehkah aku melihat dapurmu?” Seohyun bertanya saat dia mencoba untuk bangkit, akhirnya gagal karena sakit di pergelangan kakinya dan pahanya terasa menyengat dalam rasa nyeri.

“Jangan memaksakan, cukup berbaringlah untuk sementara waktu,”

“Aku perlu tahu apa yang sedang kamu lakukan, Im Yoona,”

“Oke oke, beristirahatlah untuk sementara waktu dan kamu bisa melihat dapurku nanti,”

“Aku akan melihatnya sekarang,”

“Tidak,” Yoona mengatakannya dengan tegas, “Kamu bahkan tidak bisa berjalan, jadi berbaringlah, oke, aku akan membersihkan diri dulu,” Dia hendak meninggalkan ruangan setelah dia memberi kekasihnya sebuah ciuman di keningnya.

“Katakan saja apa yang kamu lakukan supaya kita bisa mengakhiri semua ini,”

“A-apa?! Apa kamu ingin putus denganku?!”

“Tidak, tidak, tentu saja, tidak, bodoh. Katakan saja apa yang kamu lakukan lalu kamu bisa membersihkan diri,” Seohyun memutar bola matanya. Wajah shock dan panik Yoona sangatlah cute, ia harus mengakui itu.

“Apa kamu sedang mencoba untuk membuatku serangan jantung?” Gadis bermata bulat itu mendesah, “Serius, babe, itu bukanlah apa-apa,”

“Bukan apa-apa? Kamu akan mengabaikan milyaran panggilanku hanya untuk hal bukan apa-apa?” Seohyun tidak bisa percaya dengan apa yang sedang terjadi. Yoona tidak pernah berbohong padanya -Okay, sekali, ketika ia pertama kalinya membantah tentang memakan kentang manisnya- tapi ini berbeda. Bagaimana hal  “bukan apa-apa” ini jadi begitu spesial hingga dia bahkan tidak ingin mengatakannya  pada kekasihnya? Dia tidak selingkuh dariku bukan?

“Oke, baik, sebelum kamu membuat banyak kesimpulan luar biasa di dalam kepalamu, aku akan mengatakannya.”

“Lanjutkan,”

“Jadi uhm, kemarin, setelah aku mengantarmu ke apartemenmu pada jam 01:00, aku segera pulang ke rumah untuk …” Yoona sedikit mempertimbangkan apa dia harus mengatakan hal ini karena ini akan menyakiti harga dirinya.

“Untuk apa?”

Harga dirinya atau cinta dalam hidupnya?

Pilihan yang mudah.

Dia mengembuskan napas, “Untuk baking, maksudku, aku sudah memberikan hal yang sama setiap tahunnya, cokelat, bunga, bahkan surat cinta. Tentu saja, kamu pasti bosan dengan semua itu seperti bagaimana kamu bosan dengan kentang manis, jadi aku pikir, mengapa tidak memberikan sesuatu yang berbeda tahun ini, seperti cupcake buatan sendiri? “

“Yoona,” Seohyun mendekat. Ya, semacam bosan ketika mendapat benda yang sama setiap tahunnya, tetapi niatnya lah yang penting, niatnya lah yang selalu di perhitungkan. Terlebih, jika orang yang memberinya adalah orang yang paling berarti untukmu, kamu akan menerimanya sepenuh hati tanpa keraguan. Dan ini bukan semacam hadiah yang Yoona berikan akan jadi tidak berguna. Mereka selalu mengunyah cokelat bersama saat makan siang ketika Yoona datang untuk menjemputnya, bunga yang bisa kering dalam vas itu juga tidak pernah terbuang; selalu aman disimpan oleh Seohyun di dalam kotak sepatu di bawah tempat tidurnya, bersama-sama dengan surat-surat cintanya. Selalu adalah hal-hal mereka.

“Kau tidak perlu melakukan itu, Yoong. Kau tahu aku akan selalu mencintaimu dengan ataupun tanpa hadiah, kan?” Seohyun menegaskan, mengisyaratkan Yoona untuk berbaring di sampingnya di atas tempat tidur.

Yoona melepas celemek dan menurutinya, “Aku tahu, aku hanya … merasa seperti aku tidak cukup baik sebagai kekasihmu, kau tahu, seperti membeli semua permen-permen yang dijual, bunga-bunga yang dijual dimana-mana, bahkan kertas-kertas beraroma. Aku hanya… ingin jadi cukup baik untukmu.” Dia menjawab, menyandarkan kepalanya di bahu Seohyun. Gadis yang lebih muda itu mencium  puncak kepala Yoona sebelum berkata, “Kau jauh lebih dari cukup. Im Yoona-ku, kau adalah hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidupku dan aku tidak akan menukarnya untuk apapun.”

“Benarkah?”

Seohyun tersenyum, “Sekarang aku menyadari itu, sebagian besar hal-hal yang aku ingin katakan sering kubiarkan tak terkatakan. Tidak seperti kamu, menulis berbagai hal cheesy yang dapat kamu pikirkan, aku tidak pernah pintar pada hal-hal semacam itu, kau tahu, dalam hal berkata-kata. Sejak SMA, kamu tahu bahwa aku selalu jadi yang pendiam, kan? ” Yoona mengangguk, “Aku rasa aku harus berbicara lebih banyak lagi dari sekarang,” kata Seohyun, tertawa pada bagian  terakhir kalimatnya, “Jadi, apa yang terjadi ketika kamu mencoba untuk baking?”

“Bencana.”

“Itulah yang aku pikirkan,”

“Aku telah bekerja hanya untuk satu cupcake selama hampir 48 jam, dan aku masih belum mendapatkan adonan dengan tekstur yang tepat, seperti ugh, aku bahkan tidak bisa memecahkan telur dengan benar. Aku menyia-nyiakan 4 baki telur!” kata Yoona dengan gerakan tangan yang berlebihan, “Seharusnya aku tidak usah mendekat ke dapur lagi.” Yoona menggelengkan kepalanya, tapi Seohyun tersenyum, “Kamu seharusnya meneleponku untuk  meminta bantuan,”

Hell, no. Ini kejutan untukmu, well, seharusnya,”

Seohyun memeluknya lebih erat, menyempitkan jarak antara tubuh mereka dan melingkarkan lengannya pada Yoona yang tampaknya menikmati kehangatan dari gadis yang lebih muda itu. Gadis bermata bulat terus berbicara, “Tapi sebelum semua itu, aku mengunjungi taman tadi malam. Aku mencoba untuk memilih beberapa bunga sendiri, tapi yaa, ada sekelompok duri …”

“Apa kamu tertusuk duri?”

“Satu juta kali,” Seohyun terkesiap, “Tapi aku mendapatkan satu bunga pagi ini yang cukup indah, itu ada di ruang tamu,” Yoona meyakinkannya.

Seohyun tiba-tiba terasa begitu … kecil.

Dia mengubah posisinya sehingga mereka saling berhadapan, mengangkat dagu Yoona mengatakan, “Aww, that’s so sweet of you,” sebelum menenggelamkan dirinya dalam sebuah ciuman panas. Yoona meresponnya, menempatkan tangan kirinya di pinggang Seohyun. Lidah mendominasi kuncian bibirnya, menghisap pada otot merah muda masing-masing seakan mereka belum pernah melakukannya selama bertahun-tahun. Karena oksigen Seohyun begitu jauh lebih terbatas, Yoona menarik diri dengan cepat, mengucapkan “Maaf,” kemudian mengistirahatkan kepalanya di dada kekasihnya. napas Seohyun masih tidak beraturan. “Kamu harus pergi ke rumah sakit,” Seohyun mengangkat bahu atas saran itu dan mendapatkan sebuah petunjuk darinya, “Ah, aku mengerti sekarang. Jika supposed-to-be cupcakes menjadi pengganti untuk cokelat, dan kemudian bunga yang kamu petik sendiri akan menggantikan bunga yang kamu bisa beli di mana-mana, tapi bagaimana dengan surat cinta? surat cinta adalah favoritku,” Seohyun mempoutkan bibirnya sedih. bahwa semua hal yang Seohyun lakukan pada Yoona tidak pernah sepadan dengan apa yang telah Yoona lakukan padanya. Seohyun merasa seperti dia begitu kurang selama ini, dengan sedikit kata-kata, dan sedikit tindakan. Dia tidak bisa mengungkapkan betapa dia mencintai Yoona seperti yang Yoona selalu lakukan. “Aku bertanya-tanya,”

“Hmm?” Yoona mendongak pada kekasihnya untuk menatap wajah gelisah pada Seohyun.

“… jadi aku tidak pernah pandai dalam berkata-kata kan? Lalu kamu mengatakan bahwa tindakan adalah hal terpenting, tapi aku tidak benar-benar pandai dalam bertindak. Aku hanya… begitulah. Yang biasa-biasa saja, tetapi kamu… seperti paket lengkap, memanjakan aku dengan semua ini dan itu, dan aku menghargai semua itu, sungguh. dan aku menyadari bahwa, aku tidak pernah melakukan sesuatu yang begitu aneh untukmu sebelumnya, maksudku, jika kamu tidak mencintaiku lagi, aku tidak bisa menyalahkanmu, itu benar-benar dapat dimengerti karena aku- “

“Woah, woah, woah, tahan dulu,” Yoona berada di atas Seohyun, meletakan kakinya diatas pinggangnya dan menempatkan tangannya di sisi kepalanya, “Berhenti mengatakan hal-hal seperti itu, kau membuatku takut,”

“Maksudku, kau melalui semua hal-hal ini, kamu bahkan mencoba untuk bakin-“

“Lihatlah aku, Seohyun,” gadis yang lebih muda itu menurut dengan ragu-ragu, “Aku melakukan semua ini karena aku mencintaimu dan aku bersumpah sejak hari dimana mataku menatapmu bahwa aku akan membuat kamu merasa dicintai tidak peduli apapun caranya. Kamu tidak perlu melakukan hal-hal aneh apapun, cukup mencintaiku dengan segenap hatimu. Itu akan menjadi hadiah yang terbaik.” Yoona tersenyum penuh cinta meskipun posisi mereka tidak pantas “Jika kamu masih berpikir bahwa kamu kurang, maka pikirkanlah tentang apa yang terjadi hari ini. Kamu tidak tahu bagaimana terharunya aku mengetahui kamu hampir mengorbankan hidupmu hanya untuk memastikan bahwa aku baik-baik saja. Hanya seperti itu cukup untuk membuktikan bahwa kamu juga mencintaiku sama seperti aku mencintaimu. Jangan khawatirkan tentang itu, oke? ” Yoona menunduk untuk memberi ciuman lain, kali ini lebih lembut dan penuh gairah, tapi masih singkat seperti yang sebelumnya.

“Oke,” ujar Seohyun sebelum menghubungkan bibir mereka sekali lagi, menarik diri ketika ia harus bernapas. Yoona tidak keberatan.

“Tentang surat cinta,” pipi Yoona tiba-tiba mulai memerah, “Kita harusnya melakukan hubungan seks sekarang jika saja rencanaku berjalan dengan sempurna, tapi karena kamu pingsa—”

“YOONA!” Seohyun memukul kepalanya menggunakan buku-buku jarinya, “Oh, my God, apa yang kau bicarakan menyingkir dariku” Dia menendang Yoona jatuh dari tempat tidur lalu Seohyun berpura-pura tidur.

–  The End –

4 thoughts on “[Translate Project] Of Doorbell Rings, Egg Beatings, and Fail Mixings

  1. sweet moment, yoonhyun.
    tapi sayangnya di rusak ama byun yoong. wkwkwkw…..

  2. So sweet moment Yoonhyun.
    Chayoo tuk Ff nya. ✊😊

  3. Widihhh seohyun kuli aja ke lantai 32 naik tangga dan udh gitu ke apartemen nya yoong jalan pula. Kakimu sehat hyun?wkwkw
    Duhh sweet yoonhyun, kenapa yoong pinter bgt berkata2 sihh. Ini yg meleleh bukan cuma seohyun aja tapi gue ikut2an meleleh haha

  4. Yoong playboy cap kaki
    Wkakakakakkaka
    Cuit2

Comment Please...