rara0894

All about TaeTiSeo and GG

11:11 Pt. 03

2 Comments

03| I Don’t Want You

[M-V] 태연X제시카 TAENGSIC — “11-11”.mp4_000001592

Taeyeon tidak mengatakan apa-apa lagi setelahnya dan malah pergi. Meninggalkan Tiffany sendirian di taman belakang rumah keluarganya. Taeyeon kembali menguasai dirinya memasang tampang dingin seakan tidak pernah terjadi apa-apa. berusaha untuk menghindari tatapan aneh dari eomma dan appanya. dia masuk ke dalam mobilnya. Taeyeon mencengkram erat kemudi mobilnya. Wajahnya memerah menahan amarah. semua kata-kata Tiffany terngiang di kepalanya. membuat air mata yang sejak tadi dia tahan itu tanpa sadar jatuh bergulir begitu saja.

Katakan apa aku salah jika aku memilih yang terbaik untuk hidupku sendiri dan orang itu bukanlah kamu?

Orang itu bukanlah dia. Bukan lagi dirinya. Taeyeon bukan lagi seseorang yang dia harapkan di masa depan. semua masa depan yang mereka rencanakan hanyalah omong kosong tidak akan jadi nyata dan terus jadi kenangan yang membuat hatinya serasa  tertusuk pedih ketika mengingatnya.

Tak ada harapan lagi.

Taeyeon melajukan mobilnya tanpa menghapus air matanya. bodohnya, dia malah berpikir untuk melajuknnya dengan kecepatan penuh dan menabrakkannya di pohon besar di tikungan jalan rawan kecelakaan itu. setidaaknya itu akan menghasilkan rasa sakit yang mungkin cukup untuk bisa mengalihkan sedikit rasa sakit hatinya. hal bodoh selanjutnya adalah Taeyeon menginjakkan kakinya ke pedal gas untuk meningkatkan kecepatan mobilnya.

**

taeyeon tiba di tepi sungai han. menatap arus air yang tenang sambill menikmati hawa dingin dan teduh, dia mulai mengingat perjalanannya kemari sejauh ini. dia merasa begitu dibodohi dengan semua ini.

“Kau tahu aku merasa lebih baik mati,” taeyeon berkata perlahan, matanya memandang jauh ke kegelapan malam di depannya. entah apa yang perlahan membuatnya memulai untuk melompati pagar pembatas itu.

angin dingin intu langsung menerapanya dengan keras. dia menatap arus sungai besar di bawahnya, seketika dia merinding ngeri.

“Aaaah ini terlalu tinggi, aku takut ketinggian.” dia segera melompat balik. begitu kembali berdiri dibelakang pagar dia dikejutkan dengan seorang anak kecil berkacamata berada di dekatnya berdiri. menatap taeyeon seakan dia menelanjanginya dengan mata bulatnya itu. taeyeon hanya menatapnya balik dengan tatapannya yang tak kalah garang.

“kamu ingin melompat kesana noona?” ujarnya sambil membenarkan kacamatanya yang sedikit turun ke hidungnya. taeyeon menggeleng dan menatapnya lekat. lalu bocah itu mendekat padanya, “Ahhh, kamu takut kan?”

“aku tidak ada keinginan untuk melompat!” elak taeyeon dengan sedikit gugup. bocah ini benar-benar. taeyeon tidak sadar melakukannya dan itu cukup memalukan untuk dipergoki bocah tengil itu, dia mencari alasan “tadi i-itu kunci mobilku j-jatuh! itu saja!” sial, mengapa juga dia harus gugup dan berbohong karena bocah ini.

“Baiklah jika memang begitu, aku hanya ingin mengatakan bahwa bunuh diri itu hanya untuk orang yang lemah. jangan lakukan itu karena banyak orang lain yang ingin menyayangimu.”

”b-bicara apa kamu ini? sudah aku bilang aku tidak mau bunuh diri”

“Arrayo. aku kan sudah bilang jika aku hanya ingin mengatakan hal itu. apa kamu habis menangis, noona?”

“Aku akan ditinggal nikah oleh kekasihku, anni mantan kekasihku. dia benar-benar mengakhiri hubungannya denganku hari ini. aah bicara apa aku ini, kamu tidak akan paham apa yang aku katakan bocah kecil.” ujar taeyeon datar dengan tertawa kecil diakhir katanya, dia tidak habis pikir mengapa dia cerita masalahnya pada bocah kecil seperti bocah ini. “Pokoknya kamu jangan jadi pengecut sepertiku jika kamu bertemu dengan orang yang kamu cintai di masa depan”

“Ahh, aku memang tidak tahu bagaimana rasanya itu tetapi akan kutunjukan tips bagimana caraku untuk menghilangkan stress. biasanya orang kemari akan meneriakkan semua bebannya nah jika kamu malu untuk berteriak. igo, tulislah disini. lalu buang ke bawah. jjjann! semua bebanmu akan hilang.” dia menunjukkan kertas yang ada di sakunya dan sebuah bulpoin.

“aku selalu melakukan ini noona. cobalah!” dia mengulurkannya pada Taeyeon.

“tulis disini. Tuliskan yang ingin kamu katakan lalu remat kertasnya dan buang ke bawah, bebanmu akan hilang  jadi kamu tinggal memakinya di kertas ini dan membuangnya. seperti sulap, kamu tidak lagi marah padanya noona cukup memarahinya disini tidak perlu repot repot membuang tenaga.” jelasnya dengan riang, melihat dia yang begitu polos membuat taeyeon tertawa.

“Geuurae? aku akan mencobanya. terima kasih sudah memberikan tips untukku” bocah itu mengangguk dengan tersenyum lebar menunjukkan deretan giginya yang putih.

“ahh cham, eomma pasti mencariku, aku harus segera pulang. sampai jumpa lagi, Yeppeun-noona! rumahku ada di dekat sini mungkin kita akan bertemu lagi lain kali. bayyyy!!!” saat bocah itu sudah menghilang dari pandangannya taeyeon menghembuskan napas berat sambi menatap ke depan. taeyeon menatap kertas dan pulpen yang bocah kecil tadi berikan. taeyeon mencoba menuliskan sebuah kata yang ingin dia ucapkan pada secarik kertas itu.

“Tuliskan yang ingin kamu katakan lalu remat kertasnya dan buang ke bawah, bebanmu akan hilang… benarkah?” taeyeon menatap kertas yang diberikan anak kecil tadi dan menccoba menuliskannya…

kenyataanya adalah aku menyukaimu, aku mencintaimu, dan aku membutuhkanmu tetapi aku tidak bisa berbuat apapun dengan situasi ini… mianhae, aku akan mencoba melepaskanmu mulai dari hari ini. Tiffany, aku… tak lagi menginkanmmu.

taeyeon menuliskan semua yang ingin ia katakan padanya melalui kertas itu. Lalu meremasnya kuat-kuat dan menjatuhkannya ke bawah hingga kertas itu hilang dari pandangannya, seperrti yang bocah tadi bilang. dia mengamati itu terbawa arus sungai yang tenang dan tenggelam di bawah air. Seperti itu, hati kecilnya  berharap untuk bisa melupakannya semudah  melemparkan kertas itu.

**

Sebelum masuk kembali ke dalam rumah dia bertemu dengan Jinwoo. Dia ingin memberikan sesuatu untuk Tiffany. Taeyeon tahu itu. dia melihat jinwoo yan tersennyum padanya dengan senyuman idiotnya. dia menunjukan sebuah box dengan warna red velvet. Taeyeon lebih dari tahu apa isinya. Jinwoo lebih dulu menunjukan kotak itu pada Taeyeon. sebuah cincin berhias berlian tidak terlalu besar namun cukup untuk terlihat elegan. Mata taeyeon melebar.

“Ini untuk Tiffany” jawab Jinwoo mantap, tak meninggalkan senyumnya yang manis itu.

“Oh” taeyeon membulatkan bibirnya mengangguk paham.

“Aku akan memberinya ini besok.”

“Kau akan melamarnya? secepat itu?”

“Yeah, aku tak mau menunggu terlalu lama. lagipula semuanya sudah setuju, hanya tinggal menunggu pendapat darinya saja dan aku ingin ini berkesan untuknya. Menurutmu dia akan suka?”

“Dia akan suka” jawab taeyeon dengan singkat menatap cincin itu sekali lagi sebelum menatap Jinwoo.

“Benarkah?”

 “Kau begitu menyukainya ya?”

“Siapa… Tiffany? Gosh, tentu saja!” Jinwoo bersemangat, sama sekali tidak menyadari ekspresi pahit Taeyeon ketika dia mengatakannya.

“Dia itu benar-benar tipe ideal semua orang, cantik, baik, ramah dan memiliki senyuman yang sempurna. Benar-benar sempurna. Apa kamu tidak menyukainya? Apa ada sesuatu yang tidak kamu sukai darinya?” Jinwoo mulai penasaran. Taeyeon memang memiliki cara pandang yang unik dalam menilai seseorang dan Jinwoo selalu mempertimbangkan pendapat Taeyeon melebihi segalanya.

“Aku tidak bilang jika aku tidak menyukainya, oppa” sanggah Taeyeon.

“Wajahmu terlihat tidak suka” Jinwoo berkata, lalu dia tersenyum “Percaya saja padaku, dia benar-benar orang yang baik. Oppa janji akan mengenalkan kalian lebih sering lagi. Supaya kamu bisa lebih mengenalnya. Tenang saja”

“Sejauh apa kamu sudah mengenalnya?”

“Hmm, entahlah sejauh ini aku mengajaknya 5 kali kencan, dia benar-benar orang yang mengesankan.”

 “Apa kamu punya kekasih sebelum kamu tahu tentang rencana appa?”

“Iya, ada”

“Jinjja?”

“Oh, aku memutuskannya sudah lama, mantan kekasihku itu tidak cocok untuk dijadikan isteri” jawab jinwoo enteng. taeyeon langsung menoleh padannnya. tatapannya terlihat sinis,  “Kalau tidak cocok dijadikan istri kenapa masih dijadikan pacar. Kau tahu bagaimana sakitnya mantan pacarmu itu?!” taeyeon meninggikan suaranya. membuat jinwoo sedikit terkesiap dengan emosi yang tiba-tiba muncul dari adiknya.

“Kenapa kamu tiba-tiba marah?”

“A-aku, aku tidak suka kamu mempermainkan perasaan orang lain” taeyeon menjawabnya sedikit gagap. dia cukup terbawa perasaan sepertinyaa.

“O-okay, okay. geez… kamu sensitif sekali. kami mengakhirnya dengaan baik-baik. lagi pula aku juga tidak bisa berkomitmen dengannya karena aku trauma akan pernikahan” lagi-lagi taaeyeon kembalii menoleh ke arah jinwoo dengan emosi yang kembali berapi-api. “Mwoya?! lalu Tiffany bagaimana? kamu tidak mau berkomitmen dengan dia?” jinwoo hanya mengendikan bahu sambil berkata pelan, “Aku akan mencobanya.”

taeyeon semakin tersulut emosinya. dia mencengkkram dua bahu jinwoo dengan tangannya sabil berkata, “Jangan permainkan perasaannya. jangan membuat traumamu berdampak pada gadis yang tidak mengerti apapun. jangan sakiti dia atau kamu bukan lagi kakakku!”

“Arraseo, kamu jangan khawatir kurasa sekarang aku telah jauh lebih baik. Kau tahu aku bisa berjalan sejauh ini karena dukungan dari semua keluarga, termasuk kamu. terima kasih Taeyeonie”

Taeyeon meletakkan tangannya di pundaknya, menepuk-nepuknya pelan dan berkata, “Kamu harus berbahagia setelah ini, aku yakin Tiffany adalah orang tepat membantumu melupakan masa lalumu dengan Haemi unnie, oppa”

“Haemi? Kau bercanda ya? Dia itu tidak akan terlupakan, Tae.” suaranya terdengar serak dan Jinwoo melanjutkan perkataannya sambil meneraawang menatap langit “…tetapi hidup tetap harus berjalan bukan? Aku harus menemukan kebahagiaanku yang lain untuk bisa memulai hidupku lagi” dia menatap taeyeon kembali sambil tersenyum.

Jinwoo teringat insiden beberapa tahun yang lalu. Sesaat setelah pemberitaan bahwa kapal laut yang ditumpangi kekasihnya tenggelam di Selat Jeju. Haemi meninggal tepat satu minggu saat mereka akan melangsungkan pernikahan meskipun begitu hari yang mereka tunggu tetap akan jadi hari yang spesial. Jinwoo tetap pergi ke gedung pernikahan yang mereka batalkan tetap memakai pakaian pernikahan yang telah dia pesan sejak jauh-jauh hari. Walaupun tidak ada seorangpun berada di dalam gedung itu. walaupun semuannya tidak berjalan sesuai rencananya. Jinwoo tetap berada di sana dan berharap Haemi akan datang. Walaupun hal itu mustahil bisa terjadi.

dan Taeyeon, dirinya selalu berada di sana untuk kakaknya. Walaupun hanya melihatnya dari kejauhan. Taeyeon tahu betul apa yang dia lihat. Jinwoo bukan menjadi dirinya lagi setelah dia kembali ke rumah. Dia memang tetap tersenyum tetapi senyumannya tidak pernah sama lagi seperti sebelumnya. dia baru bisa melihat sisi asli Jinwoo setiap saat dia menemaninya untuk tabur bunga di Selat Pulau Jeju tempat kapal itu tenggelam setiap tahunnya. (read part 01)

Jinwoo tidak pernah tersenyum sebahagia ini hanya karena membicarakan seorang gadis yang dia tidak terlalu kenal. Nyatanya semenjak Tiffany hadir di keluarga besarnya Jinwoo yang lama kembali terlihat lagi. fakta itu meluluhkan hati kecil Taeyeon hingga dia bisa melepaskan cinta dalam hidupnya untuk kakaknya.

“Kenapa menatapku seperti itu?” Jinwoo melambaikan tangan kosongnya di hadapan Taeyeon yang terlihat memikirkan sesuatu. Taeyeon segera menyangkalnya, “A-aniya.”

2 thoughts on “11:11 Pt. 03

  1. Uh aku berharap ini bukan salah satu dari ff yang berakhir mematahkan hati ku hmm, terima kasih atas kerja kerasnya ff ini benar-benar favorit di hati💘

  2. sabar ya tae..
    ttp jdi org yg kuat..💪🏻💜

Comment Please...