rara0894

All about TaeTiSeo and GG

Love between Dreams (Chapter 16)

72 Comments

Title        : Love between Dreams

Author   : 4riesone

Genre     : Romance, Gender bender

Cast        : 

 Jessica Jung

 Kwon Yuri

 Kim Taeyeon

 Girls’ Generation members and other

LxD cover 2

Feeling Your Warm Again

“Aku merindukanmu, Sica. Sangat merindukanmu.”

Yul akhirnya mendapatkan keberanian untuk mengucapkan kata-kata itu pada wanita di sampingnya yang mematung setelah mendengar kata-kata darinya. Dia tidak tahu bagaimana harus bereaksi dalam kondisi tersebut. Perasaannya begitu tercampur aduk. Dia memang merindukannya juga, tapi dia juga merasa sedih dan bersalah. Tidak seharusnya Yul masih merasakan hal seperti ini padanya. Dia hanya akan menyebabkan luka di hatinya.

“Apa kamu tahu betapa 6 bulan terakhir ini begitu menyiksa diriku?”

Yul memalingkan kepalanya dan menatap wanita berambut coklat itu. Setelah menyadari Yul sedang memandanginya, Sica langsung menghindari tatapannya itu. Dia tidak berani melihatnya dan memandang ke dalam mata yang kelam itu. Itu hanya akan mempermainkan perasaannya lebih lagi.

“Lihat aku, Sica.” Yul berkata dengan lembut namun Sica masih tetap tidak ingin menghadapnya.

“Sica…” Yul meletakkan tangannya di pipi Sica, memegang wajahnya dan mengangkatnya.

Tangan di wajahnya memberikan perasaan hangat ke sekujur tubuhnya yang sudah tidak dirasakannya selama berbulan-bulan. Sica akhinya menatap mata Yul. Bola mata coklat yang dulu dia begitu kagumi, yang selalu memberikan perasaan nyaman dan gembira sekarang tampak begitu sedih dan kesepian. Sica tidak mampu lagi menahan air matanya.

“Maafkan aku, Yul. Maafkan aku.”

“Hey…Sica…jangan menangis…” Yul mencoba untuk menghapus air matanya dengan ibu jarinya.

“Maafkan aku, Yul…” Sica pecah dalam tangisannya.

Yul melingkarkan lengannya pada Sica dan membawa kepalanya menuju dadanya. Dia membelai lembut rambutnya, mencoba untuk menenangkannya. “Jangan menangis, Sica. Tidak apa-apa. Jangan menangis,” kata Yul sambil dia tetap menenangkannya.

“Maafkan aku.”

Dalam tangisannya, semua yang bisa Sica gumamkan hanyalah maaf. Dia benar-benar merasa bersalah telah meninggalkan Yul, membuatnya seperti itu, tapi walaupun begitu dia tidak bisa melakukan apapun terhadapnya, atau lebih tepatnya tidak melakukan apapun. Di tempat itu, dia menyadari apa yang sudah dilakukannya. Bahwa keputusannya adalah suatu kesalahan yang hanya membawa rasa sakit, bukan hanya untuk ditanggungnya, tapi juga untuk Yul.

Baju Yul sudah basah karena tangisan Sica namun Yul tetap memeluknya erat karena Sica masih tetap menangis. Yul tetap terus membelainya hingga akhirnya dia berhenti menangis. Yul melepaskan pelukannya dari tubuh Sica. Dia menundukkan kepalanya untuk menatap wanita di hadapannya.

“Tidak apa-apa. Jangan menangis lagi, hmm?”

“Maaf, bajumu pun basah karena aku,” Sica berkata diantara isakannya. Matanya membengkak merah, wajahnya pun berantakan oleh riasannya yang luntur.

“Jangan khawatir,” Yul mengacak-acak rambut Sica. “Apa sekarang kau sudah baikan?”

Sica mengangguk malu. Dia merindukan bagaimana Yul meletakkan tangannya di kepalanya dan menggerakkan rambutnya, walaupun itu akan membuatnya berantakan tetapi sentuhannya adalah sesuatu yang dia sukai.

“Baiklah selama kau baik-baik saja.”

Sica mengangguk kembali sambil menyisir rambutnya yang berantakan dengan jemarinya dan kemudian dia menyekakan tangannya pada pipinya yang basah oleh tangisannya yang tiada henti tadi.

“Bagaimana kabar umma…Yul?” Dia ragu-ragu untuk menyebutkan namanya.

Yul tersenyum atas usaha Sica untuk memulai kembali pembicaraan.

“Umma baik-baik saja, hanya butuh konsumsi obat yang teratur.”

“Aku dengar umma kembali masuk rumah sakit. Apa yang terjadi?”

“Umma stress dan itu berpengaruh buruk pada kesehatannya. Dia mengkhawatirkan diriku, aku kira. Untung saja umma bisa diselamatkan.”

“Oh, itu melegakan.”

“Yeah. Aku benar-benar takut dia akan meninggalkanku.”

“Dia tidak akan, Yul. Umma akan hidup untuk waktu yang panjang,” Sica mencoba untuk menghiburnya.

“Aku harap.”

“Percayalah.” Sica berkata yakin.

Yul melihat Sica dan kembali tersenyum. Dia berterima kasih walaupun hubungan mereka telah berakhir namun Sica tetap peduli terhadap ibunya.

“Ngomong-ngomong…lupakan saja apa yang aku katakan,” kata Yul lagi.

Sica mengerutkan alisnya.

“Anggap saja kau tidak pernah mendengarnya.”

“Huh?”

“Aku tidak seharusnya mengatakan hal itu.”

“Ke-kenapa?” Sica tidak mengerti. Apakah dia tidak bersungguh-sungguh?

“Aku tidak ingin memaksakan perasaanku padamu. Dan kamu tidak perlu merasa bersalah. Lagipula kita sudah berpisah. Hanya saja aku yang belum bisa melupakanmu,” dia tertawa ironis. “Yeah, pathetic me.”

“…”

“Sebaiknya kita pulang sekarang. Sudah malam. Umma akan khawatir.” Dan suamimu juga, Yul melanjutkan di dalam hatinya. Dia menatap Sica untuk terakhir kalinya. Sica tampak seperti sedang memikirkan sesuatu. Tapi Yul tidak bisa memperpanjang pertemuan ini. Itu hanya akan menyakiti mereka berdua.

“Ayo.”

Yul baru saja berjalan beberapa langkah ketika tiba-tiba sepasang lengan melingkari pinggangnya, dengan sangat erat.

“Sica?”

“Aku juga merindukanmu, Yul.”

Yul tidak membalas apapun tetapi hanya berdiri disana seperti patung.

“Aku benar-benar merindukanmu, Yul.”

“…”

“Aku tidak pernah menginginkan ini semua, Yul. Aku tidak pernah ingin menyakitimu.” Sica berbicara dengan suaranya yang serak karena tangisannya yang sebelumnya.

“Sica…” kata Yul lemah.

“Aku benar-benar minta maaf, Yul. Aku benar-benar minta maaf.” Air mata mulai menetes dari matanya untuk kedua kalinya malam itu.

“Lalu mengapa kau meninggalkanku?”

“Aku…Aku harus, Yul. Maafkan aku,” dia berkata diantara tangisannya.

Yul melonggarkan pelukan Sica dari tubuhnya dan berbalik arah, sekaran saling berhadapan. “Lalu apa kau masih mencintaiku?”

“A-apa?”

Sica tidak bisa menjawabnya. Dia tahu apa yang dia rasakan. Dia sadar akan perasaannya pada Yul. Tapi walaupun dia tahu dia mencintai Yul, dia tidak bisa mengatakannya, dia tidak akan berani untuk memberitahukan kenyataannya. Karena itu hanya akan menyakiti Yul.

“Kau mendengarku. Apa kau masih mencintaiku?”

“…”

“Jawab aku, Sica.”

“…”

“Aku mohon,” dia memohon.

Namun tetap tidak ada jawaban.

Yul pun menghela nafas.

Tapi kemudian Sica bisa merasakan rasa hangat di dagunya yang membuat wajahnya menengadah. Tak lama kemudian tangan yang hangat itu bergerak dan menggenggam pipinya. Tanpa disadari sepasang bibir yang lembut sudah bertemu dengan miliknya. Begitu lemah lembut dan halus. Sica sudah merindukan bibir hangat ini begitu lama. Perasaan yang akan menyebabkan kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya, yang sangat berharga bagi Sica.

Otak Sica padam seutuhnya. Satu-satunya yang dia inginkan adalah menikmati perasaannya saat ini, menikmati momen tersebut. Dia mengangkat lengannya yang terkulai dan menaruhnya di sekeliling leher Yul, menutup matanya dan menanggapi bibirnya. Dia membalas ciumannya.

Yul juga sangat merindukan bibir Sica. Dia kecewa pada Sica yang diam saja dan hanya ingin mengetahui apakah dia masih mencintainya atau tidak. Dia sebenarnya tidak menyangka Sica akan membalas ciumannya. Tapi perasaan ketika bibir mereka bertemu dengan begitu manisnya benar-benar menyenangkan. Yul melingkarkan lengannya di tubuh Sica kembali. Semuanya terasa begitu tepat. Dia memeluknya lebih erat dan menikmati setiap perasaan hangat yang dirasakannya saat itu.

Detik-detik berlalu sebelum Yul kembali ke akal sehatnya kembali dan melepas ciuman lembut mereka. Dia tidak tahu harus berkata apa atas apa yang sudah dilakukannya itu. Dia tidak bermaksud membuat pertemuan mereka menjadi seperti ini.

Sica sudah menikah. Dia adalah istri orang lain. Tidak seharusnya Yul melakukan hal itu. Dia takut menghadapi reaksi apa yang akan diberikan Sica setelah dia menciumnya tanpa peringatan seperti tadi.

Sica membuka matanya dan menatap pria yang baru saja mengejutkannya dengan ciuman yang lemah lembut itu. Tidak seperti yang dipikirkan Yul, dia sebenarnya menikmati ciuman merek dan tidak memikirkan hal lain. Itu seperti ciuman pertama mereka kembali, ketika dia merasa ragu-ragu namun begitu yakin. Dan bagaimana bibir mereka menyatu dalam cara begitu tepat seperti kehendak surga. Itu membuatnya begitu bahagia.

“Sica…I…” Yul tidak diberi kesempatan untuk menyelesaikan kalimatnya.

“Sshhh.” Sica meletakkan jarinya di bibir Yul untuk menghentikannya bicara.

Yul memberikan tatapan bingung padanya.

Sica tidak tahu darimana dia mendapatkan keberanian itu tapi sekarang dia sudah menyentuh pipi Yul dengan lembut. Dia melihat bahwa tatapan bingung Yul sudah hilang dan digantikan oleh ekpresi tegang. Sica mengambil nafas dalam sebelum bergerak mendekat ke arah wajah Yul, pelan-pelan mencium bibirnya kembali. Ciuman itu panjang dan begitu manis, sebuah ciuman yang sederhana untuk menunjukkan bagaimana perasaannya pada Yul. Walaupun Sica tidak bisa menjawab pertanyaannya secara langsung tapi dia ingin mengungkapkan perasaannya melalui ciuman tersebut. Dia berharap Yul bisa merasakannya.

***

Taeng sedang melihat ke luar jendela mobilnya. Sudah lewat jam tujuh malam dan jalanan begitu ramai padat. Mobilnya hanya bergerak sekitar 50 meter selama 20 menit terakhir. Dia penasaran apa yang terjadi di luar. Jalan itu tidak biasanya macet seperti itu. Kemungkinannya adalah terjadi kecelakaan atau ada penutupan jalan di depan.

“Mr. Park,” dia memanggil supirnya.

“Ya, Sir?” Mr. Park melihat melalui kaca depan.

“Aku akan berjalan saja. Anda bisa langsung kembali ke rumah.:

“Baiklah, Sir.”

Taeng membuka pintu mobil dan melangkah keluar. Dia berada di tengah-tengah lautan mobil di jalanan yang padat itu. Suara klakson yang keras bisa terdengar dimana-mana dari para pengendara yang sudah tidak sabar. Taeng berjalan melalui mobil-mobil menuju trotoar.

Itu adalah kawasan bisnis. Ada banyak toko-toko disana, mulai dari toko buku hingga restoran.

Taeng berjalan sepanjang trotoar, memperhatikan sekelilingnya. Jalan masih tetap sama, hanya ada sedikit pergerakan. Tidak ada hal menarik untuk dilihat. Berbeda dengan toko-toko di sisi yang lain. Toko-toko tersebut menampilkan berbagai hal menarik di pajangan mereka. Taeng yang sedang luang itu menghabiskan waktunya berjalan-jalan sambil melihat-lihat setiap toko.

Matanya tertuju pada satu toko aksesoris. Toko itu menampilkan sebuah syal buatan tangan yang begitu indah. Syal itu segera mengingatkannya pada Sica.

Musim gugur akan segera tiba. Sica akan membutuhkan beberapa syal baru selama musim tersebut.

Taeng memasuki toko tersebut dan langsung menuju ke tempat syal yang dilihatnya diluar.

“Bolehkan saya melihat yang ini?” dia bertanya pada pegawai toko.

Pegawai itu mengangguk dan memberikan syal tersebut pada Taeng.

Taeng melihat syal itu dan mempertimbangkan apakah itu akan terlihat bagus pada Sica atau tidak. Setelah beberapa saat dia mengangguk pada dirinya sendiri dan menyerahkan syal itu kembali pada pegawai toko.

“Saya akan mengambil yang ini.”

Setelah membayar aksesoris itu, Taeng berjalan-jalan kembali di sepanjang trotoar, salah satu tangan menjinjing tas dari toko sebelumnya.

Aroma manis terhirup melalui hidungnya. Aroma yang begitu mengundang. Taeng mengikuti aroma tersebut dan berakhir di depan sebuah toko roti.

Aroma dari tepung yang dipanggang bercampur dengan mentega dan coklat manis sudah menginfiltrasi olfaktori Taeng. Dia masuk ke dalam dan melihat-lihat cupcake yang tertata rapi di dalam pajangan kaca.

She’ll like some sweet treats. Taeng sudah senang hanya memikirkannya. Dia ingat bahwa Sica benar-benar menyukai coklat. Suatu kali dia melihat Sica dan adiknya mengkonsumsi jajanan manis itu seperti tiada hari esok. Itu adalah salah satu memori manis yang dia miliki mengenai mereka.

Wanita di kasir membungkus pesanan Taeng dan memasukkannya ke dalam mesin kasir. Taeng menunggu dengan sabar sebelum membayar cupcake yang dibelinya.

“Terima kasih,” kata Taeng pada wanita di belakang kasir dan kemudian mengambil dus yang berisi pesanannya dari atas meja kayu sebelum meninggalkan toko roti yang berbau menyenangkan itu.

Taeng berjalan kembali dan kali ini dia tidak melihat-lihat ke jendela-jendela toko lagi, dia memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Dia tidak sabar untuk memberikan hadiah dan juga cupcake manis itu pada Sica. Dia berjalan melewati daerah yang macet dan menghentikan sebuah taksi untuk pulang ke rumah.

Keheningan menyambut Taeng setibanya di rumah. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Sica disana.

Apa dia belum pulang? Ini sudah jam setengah sembilan.

Taeng menaruh dus yang berisi cupcake di meja makan lalu pergi menuju kamar Sica untuk memeriksanya. Dia mengetuk pintu beberapa kali tetapi tidak ada jawaban yang karenanya dia memutuskan untuk membuka pintu tersebut hanya untuk menemukan ruangan yang kosong.

Itu adalah kamar lama Sica. Tidak ada yang berubah disana. Bahkan tidak ada foto pernikahan mereka. Sica tidak mau memajangnya di kamarnya itu, jadi foto tersebut berada di kamar Taeng.

Dengan hati yang kecewa, Taeng meletakkan syal yang sudah terbungkus itu di meja rias, tidak lupa meninggalkan pesan di atasnya dan menuju kembali ke kamarnya.

***

“Kita sudah sampai.” Yul berbicara setelah mereka tiba di rumah Sica. Sica begitu diam sepanjang perjalanan menuju rumahnya. Dia begitu sibuk dalam pikirannya mengenai aksi spontan yang baru saja dilakukannya.

“Ahh, ya,” Sica membuka sabuk pengamannya.

“Bisakah aku bertemu denganmu lagi?” tanya Yul.

Sica menoleh ke arah rumahnya lalu berpaling untuk menatap Yul dengan tatapan menyesal. “Aku tidak yakin.”

Yul mendesah, tidak berusaha untuk menyembunyikan rasa kecewanya.

“Aku harus pergi sekarang,” Sica membuka pintu mobil ragu-ragu. “Goodbye.”

“Uh..huhm.. Goodbye then.” Yul tidak begitu antusias dengan perpisahan mereka. Setelah apa yang terjadi, harapan terbangun sudah dalam hatinya.

Setelah berada di dalam rumah, Sica langsung disambut oleh orang yang sudah menunggu dirinya sejak dia pulang kerja. “Hey, akhirnya kau pulang juga.” Taeng begitu khawatir akan dirinya. Saat itu sudah hampir pukul sebelas malam dan tidak ada berita darinya.

“Yeah.” Sica menjawab datar.

“Apa kau sudah makan malam?”

Sica mengangguk tapi kemudian menyadari kalau Taeng tidak bisa melihatnya. “Ya.”

“Ah, baiklah. Pergi mandi dan tidurlah. Kamu pasti lelah.”

Sica tidak membalasnya tapi pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Dia melihat ke arah meja makan dan melihat beberapa makanan disana, termasuk cupcake yang dibeli Taeng sebelumnya. Dia segera meminum air minumnya.

“Terima kasih untuk makanannya. Aku sudah menaruhnya ke dalam lemari es,” kata Sica.

“Iya.”

“Apa yang kau lakukan disini?”

“Menunggumu.”

“Taeng…” Sica ingin memprotes sikap baik Taeng.

“Aku tahu, Sica. Kau sudah memberitahuku ratusan kali mengenai hal ini,” Taeng berkata dengan santai.

“Lalu mengapa kau masih melakukannya?”

Dia mengangkat bahunya. “Aku hanya ingin.”

“Dengarkan aku. Kamu tidak perlu melakukan hal ini. Jangan bersikap baik padaku.”

“Aku melakukannya untuk diriku juga. Mungkin,” dia mengangkat bahunya. “Aku tidak bisa tenang tanpa memastikan kau baik-baik saja.”

Sica hanya menghela nafas mendengarnya. Taeng selalu seperti itu. “Kamu tidak pernah mendengarkanku.”

“Kau pun begitu, Sica. Jangan salahkan aku.”

“Stubborn-head,” gumam Sica.

“Aku bisa mendengarnya, Sica,” ucap Taeng.

“Itu memang benar.”

“Lihat siapa yang bicara,” balas Taeng yang menguap tidak lama kemudian.

“Tidurlah, Taeng.”

“Yeah, sudah malam juga,” Taeng meluruskan punggungnya dan berdiri. “Goodnight.” Taeng berkata sebelum masuk ke kamarnya ‘sendiri’ meninggalkan Sica berdiri disana seorang diri. Taeng dan Sica memiliki kamar mereka masing-masing di rumah itu.

“Goodnight.” Sica juga berjalan ke kamarnya. “Kau benar-benar tidak perlu menungguku, Taeng,” dia menggumam pelan.

Setelah membasuh dirinya dengan air hangat, Sica menuju meja riasnya sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan sebuah handuk. Dia berhenti menggerakkan tangannya ketika melihat sebuah kotak yang tidak familiar terletak di atas meja kayu di hadapannya. Dia meletakkan handuknya dan membuka kotak tersebut.

Di dalamnya terdapat sebuah syal berwarna biru muda dengan benang-benang biru tua sebagai polanya. Sica menaruh kain tersebut dan memeriksa kotaknya. Dia menemukan sebuah pesan disana.

Musim gugur akan segera tiba. Aku harap syal ini bisa membuatmu tetap hangat 🙂

– Taeng

 

Sica menghela nafas dan menaruh kembali syal ke dalam kotaknya. Dia menatapnya sebentar sebelum kembali mengeringkan rambutnya.

“Aku benar-benar tidak pantas menerimanya, Taeng.”

Tanpa sadar, tetes air mata jatuh membasahi pipinya.

To be continued…

Jadi kasihan sama sapa sekarang? Yul? Taeng? Sica? Ato author? #eh 😛

Author: 4riesone

SONE. Follow me on Twitter @4riesone for updates and questions

72 thoughts on “Love between Dreams (Chapter 16)

  1. Mdh2an pertama y hehehe
    Kshn yul krn author udh misahin yulsic huhuhu 😦
    Udahan napa thor bqn yulsic bersatu lg trz taeng m fany dh

  2. sica tega banget selingkuh dia huuu,,
    kok bisa ya sica ga jatuh cinta ma taeng?udah ganteng baik imut bertanggung jwab punya uang,,,ap yg krg coba??heran w ma sica
    yg pling kshan d sini taeng thor nyesek ga tega w ma bias w hiks
    bnrn nie thor ga bkl ending na taengsic??

  3. aduh, yul oppa kenapa busa jadi orang baim banget sih..
    uda disakitin kayak gitu juga masih aja tetap bilang gak apa sama sica onnie..
    aw, yulsic kiss, apa arti kiss itu buat sica onnie apa cuma sebagai pemberi harapa palsu lagi apa emang minta balikan sama yul oppa .
    chingu, fanny onnie nya mana ??
    buat fanny onnie dekat sama yul oppa, biar sakit hati to mereka..
    bagu aku masib kasihan yul oppa lah, kalau taeng oppa uda tau sica onnie kagak suka, masih juga tetap nikah..
    sica onnie juga jahat sama yul oppa..
    yul oppa fighting, semoga fanny segera datang..
    lanjut chingu…
    selalu ditunggua ya..

    • udah dari sononya dia baik banget hahaha
      wkwk php ga ya sica? entahlah ya, diliat aja 😛
      fany unnie? aduh gatau, bukan emaknya wkwk

  4. Klo pngen taengsic brarti hrus ada yulti jga dong . .

  5. kalo boleh tengsic aja deh thor, oh ya bikin moment maia taengsic donk thor kasian tae masa sikap baiknya cuma ditanggapin dingin doank sama jessie

  6. Annyeong …….
    Wah,lanjut jga …..
    Ya thor, jngan php in yul dong,,sica php in yul nih ah ….. ksian dia ntar …
    Meski suka bngt moment nya ini ,tapi …..
    Taeng jga kan ksian ,ak sbgai reader yng yulsic shiper pula jngn di php in …. wkwk* v,v
    Aaargh ,msh complicated ..
    Dtunghu next chap nyah …..
    SEMANGAAAAAAAAT

  7. Annyeong,,,,,,
    Nahhh yulsic snam bibir t,,,,status emng sica sdh mnkah,tp htinya msih milik yul,,,yulsictaeng sm skit nya tu,,,,tp author nya jga sech,,skit kpla mkrin sypa couple nya#plakkkkk
    Fany nya blom ngol t,,,,biar adil taeny dan yulsic,,,hehehehe,,ok siipp next d tunggu,,,tetap smngatt,,gomawo,,

  8. yang kasian itu gue thor, pengen yulsic tp sica udah nikah, pengen ngebela mereka tp tindakan mereka salah krn sica udah nikah walopun krn terpaksa terus taeng jg kenapa baik bgt jadinya kan ga tega.
    pengen yulsic!!!
    ceraikan taengsic!!
    munculkan miyoung!!
    😀

  9. Kesian sama saya aja thor
    Sedih mulu baca ff ini wkwkwkw
    Tae moga2 dpt yg lain deh ya
    Lanjut

  10. aiguuuuu skali ktemuan yulsic udh mesra2an, kisseu2 lg, seneng sih liat yulsic moment
    tp gmn ya, gmnpun jg sica kn udh merid, ntr jgn2 sica ninggalin yul lg, kasian jg kn si yul
    taeng appa baik bngt sih, udh di cuekin sm sica msh aja prhatian
    kasian jg liat taeng
    haduh nih author bikn pusing aja, tp gw pngnnya yulsic, tp gmn donk???????
    ntr taeng di cariin yg lain aja thor, noh si miss hwang kn blm nongol

  11. Dilema lgi.huff

  12. Nah khan ini tuh jadinya komitmen yg dipaksakan akan melukai banyak orang,kasihan mereke semua !sica jdi istri yg masih mencintai mantan kekasihnya,ga bisa nerima suaminya,yul namja yg mencintai istri orang,taeng cintanya sepihak!duuhh thor aku salut kamu bisa ngerjain ff yg begini rumit dn dilema.krna aku yulsic shipper ,ayolah berhenti nyakitin yulsic thor biarin mereka bersatu biar taeng sama fany aja yahhh please,author jjang

    • wkwk salut sama komenmu juga !!! #duajempol
      tapi makasih loh haha, emang kepala rada mumet sih mikirin jalan ceritanya haha
      aduh kalau berhenti nyakitin mereka bertiga disini ntar ceritanya abis dong #loh

  13. makin rumit aja thor yuri yg menderit yuriiiii persatukan kembali yulsic,. tae sama fanny

  14. Kasian yuri.. Dia hrus mndrita trpish dr org yg dia cinta.. Klw tae udh tau sica ngk cinta sma dia.. Ywdh ppany kn msih ada

  15. sumpah km tega bgt sama taengsic de.. TOT
    arghhh nangis dah ngebayangin jadi tae..

  16. Itulah kenapa gw benci ff berpairing yultaesic, cz hampir 90% pasti yul yg jadi pihak tersakiti n taeyeon yg jadi penghancur hubungan mereka.

  17. Sekarang gw bingung mau dkung yulsic apa taengsic gw suka dua”x…

  18. Duhh labil nih gue pertama kasian sama yul karna udah ditinggalin gitu aja sama sica tanpa yul tau alasannya apa. Sekarang taeng udh bersikap baik banget sama sica tapi tetep aja sica gabisa suka sama taeng…gatau harus kasian sama yg mana..huftt

    Yul sama sica sama2 suka, yaudah lah thor satuin mereka aja. Taeng gapapa deh ya sakit hati dulu, nanti fany dateng buat ngobatin semuanya eaaa wkwkwk

  19. Yul udh disakitin tpi msh aja. Cinta mati sama sica. Knp yulsic gk disatuin thor:( kasian yul.

  20. kasian ma yul tapi taeng juga kasian……..
    sica kasian krna ga bz mempertahankan cintanya

    terserah autorlah mau buat yulsic balikan lgee
    apa jadi yulti 🙂 🙂

  21. Udh lah taeng lepasin sica buat yul, taeng cr yg lain aja ya pst dpt kok, kasian kan kalian sm” trsiksa jg, jd buat apa dpaksain..sica biar kmbali sm yul…tae cr lg deh..thx u thor dah update

    • ya taeng sih kemungkinan besar pasti dapet kok. jaminan tingkat tinggi dia sih hahaha cuma ya gimana, hatinya maunya ke sica terus sih 😛

  22. kasian taelah thor udah jadi istri tp sedikitpun gak ada kasih sayang dari sica ngebatin ttahu pasti
    mudah”an tar ada fany biar tae bisa ama fany ywdh sica ama yul aja udah selingkuh pun
    author rara gw gk bisa buka email fb lu juga gk ktemu thor pgn minta pw hubungin kmna ni

  23. taengsic taengsic taengsic

  24. Jessica selingkuh kasian taeyeon

  25. semuany ksian thor tp yg lbh trsiksa yulsic hehe msukin tiffany thor jd taeny m yulsic dh

  26. kasihan TAENG,,,sabar ya TAE
    sica sendiri yg nyuruh memperjuangkan, bertahan, sama taeng tapi dia ga pernah coba buka hati buat taeng dan memberi kesempatan masuk ke kehidupannya,,,

  27. please thor jadiin taengsiiiiiccc!!!! Kalau sampe enggk ,berarti lu php wakakakakka..
    Kalau gk jadi taengsic please masukin pany biyar taeng gk sendiri. gk bisa liat taeng menderita ,kasianin lah gua thor T.T

  28. Yg kasian taenglah….
    Dicuekin trus sama sica….
    Biasanya kan yul yg gangguin hbngan taeny, skrang gantian jdi taeng…

  29. Ih taeng ksian bgt..
    Tpi yulsicnya lbih kasian

  30. Ish sebel2 ma semuax

  31. Aduh aduh yulsic berselingkuh pakai berciuman segala kenapa baik banget sih taeng??

  32. Saya kasian sama yulsic.. sudahlah thor.. sica suruh minta cerai aja..
    Hbis itu munculin deh fanynya..
    Kasian kan sica…

  33. gwe ttp kasian ma yul, , , ,teganya sica ninggalin yul dan menikah ma taeng,,,
    btw knp mreka sudah menikah thor, ., flashbacknya kok gk ada pas perpisahan yulsic???? :(:(:(:'(

    • kan di chapter sblumnya sudah ada perpisahan yulsic hehe
      chapter ini udh di fast forward ke 6 bulan setelah pernikahan taeng sm sica 🙂

  34. dlm pengorbanan anak utk ortuny tdknbakn sia-sia.walaupun awalny sulir tp pd akhirny kebahagiaan yg jd pemenangny.sica hwaiting

  35. wah.. yulsic bener” ga bisa lagi nahan rindu sampai” main kisseu buat obatin rasa rindi mereka. taeng bener” baik banget deh jadi suami, tapi sayang perasaannya belum terbalaskan.

  36. Hati atau dada aku yg tbtb sakit 😣
    Taeng semangaat

  37. tae kasian amat ya..perhatian besar tapi gk d anggap sica..
    sica kan cintax cm sama yuri doang..

  38. inhaler, aku butuh inhaler, ini nyesek banget. kenapa yulsic harus seperti itu. dan taeng, huwaaaa…. 😭😭😭 aku ga terima taeng tersakiti. hiks…. hiks… T T

Leave a reply to ppanytaeng Cancel reply